 |
| Pengantin bawa roti buaya (bintang.com) |
Roti Buaya layaknya hewan buaya. Memiliki banyak arti yang saling mengisi. Ia memiliki dua hal penting, yakni bisa hidup di air dan di darat. Sementara sebagai kue roti, ia juga memiliki dua hal penting, selain sebagai makanan tradisional, ia memiliki makna sakral.
Ya, roti buaya menjadi bermakna saat ia berada dalam prosesi pernikahan adat Betawi. Ia biasanya dibawa oleh pengantin pria saat menuju rumah pengantin wanita bersamaan dengan barang bawaan (seserahan) lainnya. Bahkan kadang binatang kambing sesungguhnya dengan biasa ikut dibawa.
Roti yang dibawa berukuran macam-macam. Biasanya, seperti namanya, ukuran roti buaya yang dibawa berukuran besar seperti buaya sesungguhnya. Tapi, kadang setengahnya, bahkan ada juga berukuran kecil.
Roti buaya dalam adat Betawi ini memiliki makna sakral. Ia simbol kesetiaan dan kesabaran. Filosofinya, calon pengantin laki-laki dengan membawa roti buaya agar memiliki sifat setia dan sabar terhadap istrinya dalam menjalani bahtera rumah tangga nantinya.
Nilai-nilai setia, sayang, dan sabar ini dimiliki hewan buaya. Buaya termasuk hewan yang setia pada pasangannya seumur hidup. Bahkan, ia juga sabar dalam mencari nafkah untuk kebutuhan perutnya. Ia rela berjam-jam membuka mulutnya agar nyamuk dan lalat masuk lalu disantapnya.
Tapi lucunya, dalam kehidupan sehari-hari, binatang buaya justru dijadikan kambing hitam sebagai pemilik karakter ganti-ganti pasangan. Tukang kawin. Itulah akhirnya muncul tudingan miring kepada pria hidung belang sebagai buaya darat.
Padahal dalam sebuah penelitian, buaya adalah hewan yang setia pada pasangannya. Apabila si betina terlebih dahulu mati, maka buaya jantan tidak akan kawin lagi atau mencari pasangan lain. Karena karakter seperti itulah orang Betawi bikin roti buaya, bukan bikin roti kucing. Karena kalau kucing, apalagi kucing garong bisa bahaya rumah tangganya. 😆😅😇